Sabtu, 07 April 2018

Berbeda

Kau bahagia bersamanya?
Heh sepertinya begitu

Kau tak ingat aku lagikan?
Karena pikiranmu sudah dipenuhi tentangnya

Cih aku memang bodoh
Menangisi seseorang yang sudah jelas lupakanku
Aku memang tak berharga
Hingga kau seenaknya saja tinggalkan

Aku marah aku kesal aku membenci
Tapi aku juga rindu
Iya aku tau ini hanya aku rasakan sendiri

Lihatlah gadis ini hey!
Dia yang disakiti olehmu
Tapi kenapa dia yang tersiksa tak bisa lupakanmu
Sedangkan kau sudah sibuk dengan gadis lain
Yang beruntung mendapatkan penuh kasih sayangmu
Kau tak perduli dengan hati yang kau sakiti dulu
Lucu sekali gadis ini yaa
Kau tinggalkan dan dia masih menangis ditempatnya
Tersiksa dengan rasa benci dan cintanya
Dan kau dengan becatnya tertawa disana

Minggu, 25 Februari 2018

berita Negeriku

Minggu lalu aku lihat berita
Ada artis tertangkap narkoba
Terjadi begal demi harta
Kekasih membunuh karena cemburu buta

Kemarin aku nonton berita
Seorang nenek dituntut anaknya
Seorang kakek dituntut mencuri mangga
TKI dipukuli demi memberi makan keluarga

Hari ini aku menyaksikan berita
Ada balita yang disiksa
Anak perempuan sendiri diperkosa
Banyak kasus pedofilia

Tadi aku mendengar berita
Anak SD ciuman mesra
Orang miskin berobat tak diterima
Bencana terjadi dimana-mana

Suatu ketika aku membaca berita
Kudanil dicekoki miras oleh kumpulan pemuda
Binatang tak bersalah dilempar kemulut buaya
Bayi dijejalkan rokok oleh ayahnya
Bukankah ini sangat gila?

Mirisnya Negeriku tercinta
Kejahatan dimana-mana
Hati nurani seakan mati
Demi kepuasan duniawi

Sedihnya keadaan Negeriku ini
Seakan tak bisa tertolong lagi
Semua sibuk dengan urusan pribadi
Sudah tak ada rasa perduli

Sabtu, 24 Februari 2018

Terpendam, tentang cinta dan rasa sakit

Sekarang sedang musim hujan di Negeriku, dan pagi ini seperti biasa aku malas bangkit dari tempat tidur, menanggalkan selimut yang menghangatkan tubuh karena dingin yang entah bagaimana bisa lolos dari kokohnya dinding kamar. Tapi mau bagaimana lagi, aku memiliki kegiatan hari ini, dan lagi pula pakaian kotor sudah menumpuk ingin segera dicuci. Dengan malas aku menyingkap selimut yang entah kenapa menjadi sangat menarik akhir-akhir ini.          
Oh iya aku perkenalan diri dulu, namaku Faza, aku mahasiswa semester 5 di Universitas Negeri dikotaku. Aku mengikuti organisasi Pers Mahasiswa di kampusku, awalnya aku mengikuti organisasi ini hanya karena ingin mencari kesibukan untuk melupakan seseorang, tapi dengan berjalannya waktu aku merasa nyaman bersama orang-orang dan kegiatan didalamnya. Tadi suara telpon membangunkanku, dari ketua umum organisasi yang aku ikuti. Ada Persma (Pers Mahasiswa) dari luar kota berkunjuk ke sekret kami, dan sebagai Public Relations di organisasi ini, mau tak mau aku harus menjalin hubungan baik dengan semua Persma di seluruh pelosok Negeri.
Setibanya disekret sudah ada ketua umum, beberapa anggota Persma ku, dan tiga wajah baru yang langsung ku ketahui mereka adalah tamu kami. Akupun langsung mengampiri mereka dengan menyapa dan memperkenalkan diri. Belum usai aku menyebutkan nama, ada suara dibelakang punggungku memanggil namaku, aku tak merasa asing dengan suara tersebut, seseorang yang memiliki suara itulah yang menyebabkan aku mengikuti organisasi ini, seseorang yang sangat ingin aku lupakan. Seseorang yang 1 setengah tahun lalu melukai hatiku.
“Za” panggilnya, tetapi aku masih tak  berbalik badan
“Aku sengaja mengikuti rombongan Persma kampusku dalam kunjungan kesini, karena aku mendengar kalau kamu mengikuti organisasi  ini” ungkapnya, yang belum membuatku menghadapnya.
“Ada yang inginku bicarakan dan jelaskan Za” lanjutnya
“Tidak ada yang ingin aku dengar darimu” jawabku sambil membalikan tubuh mengadapnya. Setelah 2tahun aku tak melihatnya, untuk pertama kali setelah patah hatiku aku menatap orang ini.
“Aku mohon dengarkan aku sekali ini saja Za, setelah itu aku akan menuruti apa katamu selanjutnya” dan mata kami bertemu setelah ratusan hari berlalu.
“Baiklah” ujarku singkat.
“Dia yang menjadi kekasihku sekarang tidak menggantikan posisimu dihatiku. Dulu aku hanya membutuhkan seseorang yang bisa menemaniku kemana saja, yang bisa merawatku ketika aku sakit, yang bisa aku lihat langsung bukan hanya melalui telpon genggam, jarak kita tak bisa melakukan itu semua. Itulah alasanku bersamanya, dan mungkin ada sedikit rasa bosan karena rindu yang tak tersampaikan, dan bodohnya aku ketika kamu marah, harusnya aku mencoba menenangkanmu, tapi aku malah membalas dengan semakin emosi. Dan akhirnya mengucapkan kata perpisahan itu. Aku tidak bisa melupakanmu, Za. Aku mencintaimu berulang kali, hingga dipertemuan kita hari ini.” Jelasnya.
“sudah? Sekarang giliranku. Kamu berjanji untuk menuruti apa kataku bukan?. Maka aku minta kamu pergi dan jangan pernah temui aku lagi” Tuturku dengan sekuat yang aku bisa menahan air mata.
“Za, aku mohon beri aku kesempatan kedua” Ucapnya seraya duduk memohon.
“Pergilah” balasku tak iba.
Dia mencoba meraih tanganku, aku menangkisnya “Za, ku mohon. Bertahun-tahun aku berjuang untuk mendapatkanmu. Tak adakah sedikitpun hatimu melunak dengan perjuanganku? Berikan aku kesempatan kedua, bukannya semua orang berhak mendapatkan kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahannya?. Sepuluh kali aku melihatmu, sepuluh kali pula aku jatuh cinta padamu, Za.”
Aku tidak menjawab dan memutar tubuhku untuk pergi menjauh darinya, namun dia kembali meraih tanganku. Aku kembali menarik tangan darinya dan berbalik menampar pipinya
“aku bilang pergi brengsek”
 entahlah, siang itu aku tak dapat lagi menahan semua rasa sesak ku, bersama kalimat yang keluar dari mulutku tetesan air mata yang sejak tadi aku tahan akhirnya jatuh juga.
Semua mata yang ada diruangan itu sejak tadi menonton kami, karena itulah aku menahan semua emosiku, aku tidak ingin masalah pribadi ini diketahui semua orang. Tetapi pada akhirnya aku bukanlah wanita yang kuat. Siang itu aku menangis dihadapan banyak orang yang menyaksikan.
“Apa kau bilang? Kau bertahun-tahun berjuang mendapatkan cintaku? Hah, kau pikir kau akan tetap berjuang jika aku tak memberikan respon baik padamu ?. Tidak ! kau tetap berjuang karena signal dariku, karena sepuluh kali kita bertemu, sepuluh kali kau jatuh cinta padaku, kau harus tau, sepuluh kali pula aku jatuh cinta kepadamu. Bahkan dihari ini, dipertemuan kali ini, disela sesaknya dadaku, disela terbukanya lagi luka dihatiku, aku kembali jatuh cinta kepadamu. Tetapi tidak, aku tidak akan memberikan kesempatan itu lagi kepadamu, tidak akan pernah. Kenapa ? ingatkah kalimatmu terakhir kali ?. Kau bilang semuanya sudah berubah, kau sudah tak mencintaiku seperti dulu lagi. Lantas bagaimana jika hal tersebut terulang lagi ?. Siapa yang bertanggung jawab?. Aku tidak akan menambil resiko yang jelas memiliki kemungkinan terjadi. Maka pergilah.” Air mataku sejak tadi sudah menyentuh lantai, tak bisa aku hentikan lagi, aku biarkan air lengket ini membasahi pipiku.
Kulihat dia menundukan kepala, dan kembali menatapku “Maafkan aku, aku mencintaimu tapi aku ternyata menyakitimu sangat dalam. Dan maafkan aku, aku tidak pernah menyangkah dibalik diammu, kamu juga menyimpan rasa cinta itu untukku. Maafkan aku” hanya kata itu yang keluar dari mulutnya.

Dan aku pergi meninggalkannya, meninggalkan semua yang ada diruangan, aku pergi menjauh, mencari tempat yang tenang untuk aku mengeluarkan semua rasa sakitku yang selama ini aku coba kuburkan. Aku tidak tahu, keputusan ini sudah benar atau sebaliknya. Aku tidak tahu aku akan merasa lega atau bahkan menyesal nantinya. Aku tidak tahu, yang aku tahu sekarang aku hanya butuh menangis sepuasnya. Dan yang aku tahu, aku sudah tak percaya lagi hubungan jarak jauh. 

Jumat, 23 Februari 2018

Artis tanah air

Katanya artis adalah idola
Tapi mereka pakai narkoba
Katanya artis adalah panutan
Nyatanya mereka menyesatkan

Kerja dari malam ketemu petang
Demi menghibur banyak orang
Setelah susah payah dapat uang
Dihancurkan barang terlarang

Jika banyak prestasi dihasilkan
Mungkin khilaf jadi pemakai
Ini prestasi diabaikan
Pakai baju orange dibanggakan

Pacaran mesra diperlihatkan
Yang berbakat tersisihkan
Cari sensasi agar makin terkenal
Acting bagus suara bagus tertinggal

Beginilah keadaan artis tanah airku
Tak perduli aku jika bukan di Indonesiaku
Indonesia yg menganut budaya timur
Namun perlahan terkubur

Jadi siapa yang harus disalahkan?
Apa yang harus dilakukan?
Untuk memperbaiki dunia hiburan
Agar yg berkualitas kembali diperhitungkan

Kamis, 22 Februari 2018

Lonely

Entahlah,
Selalu ada yg berbeda didalam dadaku
Amat sesak terasakan olehku
Itu ketika aku dikeadaan sendiri
Hatiku semakin terasa kosong tak berpenghuni

Memang terkadang aku suka suasana sepi
Agar aku tenang meresapi
Tetapi bukan dengan keadaan berjalan sendiri
Walau hanya diam, ada yg menemani

Aku selalu menangis ditempat baru
Karena aku sadar aku sendiri ditempat itu
Walaupun dalam suasana ramai
Batinku tetap tak rasakan damai

Aku hanya tak tenang seorang diri
Apa lagi dimalam hari
Ketika gelap bertemankan sunyi
Kesepian semakin menghantui

Baru hal ini kualami
Sejak jauh dari Ibu yg kusayangi
Berpisah jarak demi capai gelar di ujung nama
Entah kapan sembuh dari gelisah yg terasa

Selasa, 13 Februari 2018

Kenangan disekolah bersamamu

Kala itu kau dan aku kembali berjumpa
Disekolah kita pd sebuah acara
Untuk perayaan setelah penatnya uas
Dengan pertandingan antar kelas

Sore itu baju putihku kenakan
Kau membawa kamera ditangan
Tak berani mata menatap
Namun hati ingin berhadap

Kata teman kau trs saja memotretku
Aku hanya tersenyum malu
Ingin menoleh tapi urung kulakukan
Malah mencoba fokus menonton pertandingan

Usai pertandingan aku ingin cepat pergi
Namun kau malah menghampiri
Ada yg ingin ku ungkapkan katamu
Namun aku segera memotong kalimatmu
Kuucapkan maaf bilang sudah ditunggu ibu
Ah kenapa aku lakukan itu
Padahal lama aku menunggu
Jantungku berdetak tak karuan petang itu
Hingga membuatku ingin cepat berlalu

Malamnya kutunggu pesanmu
Esoknya juga begitu
Kurasa jantungku bisa aman jika jauh
Dan kau takkan tau aku tersipu

Biar biar saja berlalu begitu
Agar kau tak tau dalamnya rasaku
Aku tidak ingin kau tau
Biarlah itu menjadi rahasiaku

Senin, 12 Februari 2018

Mayoritas

Mungkin aku salah, mungkin juga ada betulnya
Kini orang ingin selalu merasa menang
Dengan cara menjadi yg paling benar
Menarik teman untuk menguatkan opini yg berkembang

Sekarang benar bukan lagi berdasarkan fakta
Tetapi berdasarkan pihak terbanyak ada dimana
Jika kau salah jumlahnya
Maka mudahnya kaulah yg bersalah disana

Misal saja pada kasusku
Dikatakan sombong oleh mayoritas itu
Padahal faktanya merakapun tak pernah menyapa
Seharusnya sama-sama berkaca

Aku tak maksud menjadi benar
Namun aku tak patut disalahkan
Sebenarnya mereka hanya menang jumlah
Jadi mutlak aku seakan yg berbeda

Begitulah kuatnya mayoritas
Dapat menentukan yg terlintas
Tujuannya membenarkan yg ingin dibenarkan
Bukan fakta yang terungkap
Dan yang minoritas tentu menjadi tersangka
Salah karena kurang suara