Rabu, 24 Januari 2018

Hujan, selalu mampu mengembalikan rasa

Sudah lama sakali saya tidak membaca novel , terutama novel karya penulis favorite saya ini, Tereliye. Sudah lama pula saya tidak terbawa perasaan saat membaca novel, terakhir kali yang membuat saya jatuh cinta itu ya sosok “Dilan”, novel yang kini tinggal menunggu hari untuk tayang, yang sangat disayangkan, sosok dilan di film tidak membuat saya deg-degan seperti saat saya membaca novelnya. Lupakan tentang kekecewaan sesaat saya tadi. Setelah novel karya pidibaiq tersebut, belum ada novel yang membuat saya masuk kedalam cerita dalam beberapa tahun terakhir, tidak hanya dalam dunia nyata saja terasa kosong, tetapi ketika saya membaca novel akhir-akhir inipun terasa seperti hanya sekedar lewat, baca saja sudah, entah kenapa, mungkin karena bosan dengan jalan cerita dunia fiksi ini hingga saya tak ikut mencintai sosok pemeran utama.
Tetapi hari itu berbeda, dihari kamis 18 januari 2018, diatas kereta bangku nomer 23E, diperjalanan pulang dari Palembang menuju Lubuklinggau, kota kelahiran, kota penuh cinta, juga rasa sakit, yang menjadi satu dalam kenangan. Saya kembali jatuh cinta, kepada seseorang, kepada manusia, kepada laki-laki yang ada didalam cerita yang menemani saya selama perjalanan ditransportasi ber-AC yang masih saja terasa panas itu.
Saya jatuh cinta, kepada sosok Esok. Sosok yang juga berhasil membuat Lail Jatuh hati. Menghabiskan waktu bersama novel Hujan selama 5jam membuat saya tak mampu melupakan Esok berhari-hari, hingga hari ini, entah sampai kapan.
Banyak judul karya Tereliye yang sudah saya baca, belasan atau bahkan sudah puluhan, diantara semuanya, saya tetap menyukai novel “Daun yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin”, novel yang saya baca diantara tahun 2011/2012. Entah kenapa alasannya saya begitu menyukai novel bergenre romantic tersebut diantara banyaknya cerita yang Tereliye sajikan. Bukan berarti saya tidak menyukai novel bang Tereliye yang lain, hanya saja selama bertahun-tahun novel yang menceritakan kisah cinta tak menyatu ini memang yang paling menarik perhatian saya, yang mudah diingat dan kisah yang menurut saya tak terduga alurnya walau menawarkan cerita cinta. Tetapi setelah 8tahun saya menjadi penikmat karangan jemari tereliye saya kembali menemukan novel favorite saya selain kisah cinta Tania dan Danar itu,  yaitu novel “Hujan”. Bahkan untuk pertamakalinya saya ikut jatuh cinta, setelah banyaknya novel Tereliye tentang cinta. Walau saya sangat menyukai novel “Daun yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin”, saya tidak ikut jatuh cinta kepada sosok Danar , begitu pula dengan Karang dalam cerita “Sunset Bersama Rosie”, mungkin mereka sudah tua dalam bayangan saya, berbeda dengan sosok Esok dalam novel “Hujan” ini, saya merasa ikut merasa tumbuh bersama dengan Esok dan Lail (bahkan saya merasa, sayalah seorang Lail), mungkin itulah kenapa saya jatuh cinta dengan Esok. (ah iya saya belum membaca “Aku, Kau dan Sepucuk Angpau Merah” jadi saya belum mengetahui pasti cerita cinta didalam novel tersebut, dan perbandingan ini tidak memasukan kisah cinta pemain novel tersebut, entah mungkin pendapat saya bisa berubah setelah membaca novel tersebut).
Seperti biasa, Tereliye dalam karyanya yang bercerita tentang cinta, tidak pernah menyajikan cerita berpacaran antara tokoh-tokohnya dan tidak ada adegan bermesraan dalam kamus novel seorang bang Tere. Mungkin karena itu juga yang jadi alasan kesekian kenapa saya tidak pernah jatuh cinta dengan sosok pria yang ada di novelnya. Tetapi tetap saja, ada kisah romantis dengan cara Tereliye sendiri. Ah iya satu lagi, seinget saya, entah benar atau tidak, soalnya saya ini sangat pelupa, kalau tidak salah Tereliye tidak pernah menggambarkan pria utama dalam novelnya adalah sosok yang tampan, hanya saja biasanya mapan he.he.. tetapi tetap saja, untuk baperkan butuh sosok ganteng yakan? Hehe.
Entahlah kenapa Esok berbeda bagi saya, berbeda dari karakter pria lain dalam novel Tereliye. Saya benar-benar jatuh cinta dengan Esok, rasanya saya juga mau Esok. Mau seseorang seperti Esok haha. Rasanya mau bujuk bang Tere, “Bang, bikin filmnya dong” eh jangan ding, nanti banyak anak alay yang jadi baper juga. Nanti Esok ga istimewa lagi. Biar saja, biar Lail dan pembaca novel “Hujan” saja yang jatuh cinta sama Esok. Kids jaman now jangan.

Sebagai seorang yang mengaku bahwa saya fans dari Tereliye, sangat terlambat memang saya baru selesai membaca novelnyas sekarang, padahal “Hujan” sudah terbit 2tahun yang lalu. Itu Karena saya sangat menyukai Hujan, karena judulnya Hujan jadi saya mau membaca jika itu novel punya saya sendiri, saya tidak mau meminjam dari orang lain, tapi dilain sisi, saya dilarang beli novel lagi sama Ibu saya. Itulah kenapa saya baru baca sekarang, karena baru akhirnya memaksakan diri diam-diam membeli novel ini.